Kenapa Banyak Orang Terobsesi dengan Jumlah ‘Like’ di Media Sosial?

JariBijakApa hal pertama yang Anda lakukan di pagi hari? Apakah memeriksa notifikasi media sosial menjadi hal pertama yang dilakukan? Ya, memang perkembangan teknologi semakin hari semakin mempengaruhi kehidupan manusia.

Munculnya media sosial seakan-akan sudah menjadi bagian dari kehidupan, tak hanya itu media sosial juga telah menciptakan ruang dimana kita dapat berkomunikasi dan berbagi kegiatan menjadi lebih mudah.

Melansir Cosmopolitan, Rabu (16/1/2019), adanya media sosial membuat kebanyakan orang terobsesi dengan jumlah likes pada unggahan yang mereka bagikan. Bahkan itu bisa menjadi penghalang untuk bersosialisasi dengan orang-orang yang ada di dunia nyata.

Hampir semua dari kita akan mengunggah momen menyenangkan saat liburan, dan mengambil banyak foto dengan pencahayaan sempurna serta sudut pandang yang bagus dan berharap mendapatkan likes yang banyak.

Sebenarnya hal ini memiliki alasan, mengapa media sosial terasa begitu menyenangkan. “Mendapatkan jumlah likes sama seperti mendapat seri penghargaan, Anda mendapatkan dopamin setiap kali mendapat tanggapan suka atau komentar positif di media sosial,” jelas psikolog Emma Kenny.

Mungkin sudah menjadi sifat manusia ingin disukai dan dipuji. Menurut sebuah penelitian efek atau dampak dari jumlah likes media sosial terhadap otak sama seperti memakan coklat dan mendapatkan uang.

Obsesi Likes di Media Sosial
Obsesi Likes di Media Sosial

Namun, ketika mendapatkan jumlah like yang tidak sesuai harapan, mereka cenderung langsung menghapusnya. Secara objektif, ini memang irasional. Emma Kenny mencatat bahwa perilaku seperti ini muncul ketika seseorang mulai percaya bahwa pendapat orang lain adalah fakta.

“Ini mengkhawatirkan, karena inti dari bahagia adalah tentang menjadi diri Anda sendiri. Jika Anda percaya bahwa pendapat orang lain adalah fakta, harga diri Anda akan rendah, kepercayaan diri makin berkurang atau kesehatan mental yang negatif,” jelasnya.

Adanya media sosial tentu memiliki manfaat seperti membantu orang untuk mempertahankan hubungan bahkan dapat mencegah kesepian bagi orang-orang yang mungkin sangat terisolasi. Namun jika sudah terobesesi itu menjadi sesuatu yang salah sehingga dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan mental dan harga diri.

“Ketika Anda selalu bergantung pada jumlah likes di media sosial, itu dapat meningkatkan masalah rasa tidak aman dan menciptakan rasa paranoia. Dan dapat meningkatkan depresi sehingga membuat kita merasa hidup orang lain jauh lebih baik daripada hidup kita,” tambah Kenny.

Ketika kita berupaya lebih banyak untuk berinteraksi di kehidupan yang nyata dan tidak terobsesi dengan jumlah likes, siapa tahu kita akan menemukan diri kita jauh lebih baik bukan?

Baca Juga: Ketika Media Sosial Telah Menjadi Lifestyle dan Kebutuhan

 

Starlink Resmi Hadir di Indonesia: Presiden Jokowi dan Elon Musk Akan Meresmikan di World Water Forum Ke-10

JariBijak.com - Kehadiran Starlink akan semakin nyata dirasakan masyarakat Indonesia sebentar lagi. Dikatakan Menteri Koordinator...

Apple Mulai Merapat ke OpenAI untuk Hadirkan ChatGPT ke iOS 18

JariBijak - Apple perlahan-lahan kini mulai merapat ke OpenAI untuk mewujudkan kerjasama antara keduanya...

Starlink Milik Elon Musk Segara Masuk RI, Ini Daftar Harganya!

JariBijak - Elon Musk, melalui layanan internet satelitnya yang terkenal, Starlink, siap memasuki pasar...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here