Radikalisme Digital: Detik-Detik Teroris Memanfaatkan Teknologi

Disrupsi teknologi informasi dan komunikasi di era digital telah membawa perubahan yang cepat dan berdampak besar pada berbagai aspek, termasuk aktivitas organisasi teroris. Sekarang, kelompok teroris radikal menggunakan teknologi digital untuk mengubah cara mereka beroperasi. Dari penyebaran ideologi, rekrutmen, pendanaan, pertukaran informasi hingga ancaman teror, semua perkembangan kini dimediasi oleh teknologi digital.

Perubahan itu signifikan ketika Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) muncul. Propaganda besar-besaran dengan konten teks, audio dan video yang “dramatis” telah “menghipnotis” jutaan warga di seluruh dunia, terpanggil untuk menjadi bagian darinya. Meski ISIS kini suram, sisa-sisa pola kampanye mereka terus bertahan dan berkembang hingga saat ini.

Pandemi, tidak menjadi jaminan tidak ada aksi terorisme. Bahkan, lebih masif. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Boy Rafli Amar menungkapkan aktivitas terorisme semakin meningkat melalui internet di masa pandemi Covid-19.

BNPT menilai kelompok teroris memaksimalkan kampanye propaganda, perekrutan bahkan pendanaan online di saat masyarakat sibuk menangani Covid-19. Terbukti dengan munculnya aksi terorisme pada tahun 2021 akibat deradikalisasi diri di media sosial.

Pola rekrutmen yang berkembang dan alirannya harus diimbangi dengan peningkatan kemampuan kontraterorisme. Oleh karena itu, memerangi terorisme membutuhkan intervensi digital, tidak hanya dalam hal pencegahan, tetapi juga dalam hal deradikalisasi.

Deradikalisasi adalah proses terencana, terpadu, sistematis dan berkelanjutan untuk menghilangkan atau mengurangi pemahaman radikal seseorang tentang terorisme. Dalam penerapan deradikalisasi sosial, digitalisasi dapat digunakan untuk menghadapi perkembangan zaman.

Hal ini juga sejalan dengan Rencana Nasional Literasi Digital yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo. Masyarakat didorong untuk melek digital sehingga dapat memperkuat diri dari disinformasi, peka di media sosial, dan menggunakan teknologi digital untuk kebaikan negara. Oleh karena itu, sangat penting untuk membentuk budaya digital para penggiat deradikalisasi dan merumuskan strategi deradikalisasi digital di tengah perubahan tuntutan zaman, perkembangan teknologi dan modus aktivitas organisasi teroris.

Deradikalisasi digital adalah proses terencana, terpadu, sistematis, dan berkelanjutan yang bertujuan menghilangkan paham radikal tentang terorisme melalui media teknologi digital. Pendekatan ini tentu tidak mengubah esensi deradikalisasi itu sendiri, melainkan lebih mengoptimalkan deradikalisasi di era digital. Karena sebenarnya, digitalisasi (transformasi), digitalisasi (proses) dan transformasi digital (efek) mempercepat dan memperjelas apa yang telah dan sedang terjadi secara horizontal dan proses perubahan sosial global.

 

Modernisasi Korlantas: Kendaraan Listrik MG Motor dan Silancar Diuji di Lapangan

Hari kedua Pelatihan Kendaraan Patroli Berbasis Baterai Tahun Anggaran 2024 berlangsung dengan antusiasme tinggi...

Masyarakat Kini Bisa Ajukan Pengawalan dengan Mudah Lewat Aplikasi Silancar

Jakarta - Pada Rabu, 20 November 2024, Korlantas Polri menggelar Pelatihan Kendaraan Patroli Berbasis Baterai...

Pengelolaan Kendaraan Korlantas Jadi Mudah dengan Aplikasi Silancar

Jakarta - Pada Rabu, 20 November 2024, Pelatihan Kendaraan Patroli Berbasis Baterai TA 2024...

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here