GALAMEDIA – Ratusan anggota TNI-Polri dan relawan mengikuti pelatihan ‘tracer’ Covid-19 yang digagas Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut bertempat di sarana olahraga (SOR) Ciateul, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, Senin 26 Juli 2021.
Kapolres Garut, AKBP Wirdhanto Hadicaksono, mengatakan, keterlibatan anggota TNI-Polri dalam pelatihan tracer ini untuk membantu tracing, traking dan testing yang selama ini sudah dilaksanakan petugas medis sebelumnya dengan harapan bisa menahan dan menekan laju penyebaran Covid-19.
“Ratusan anggota TNI-Polri ini memang akan diterjunkan ke lapangan untuk memperkuat dan membantu para tenaga medis masing-masing ditingkat Kecamatan dalam memberikan tretmen,traking dan tracing,” ujarnya, Senin 26 Juli 2021.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta 27 Juli 2021: Akhirnya! Sumarno Bersaksi, Kejahatan Elsa Terungkap
Menurut Wirdhanto, keterlibatan anggota TNI dan Polri dalam tracer ini dituntut harus mampu memberikan pelayanan kesehatan di tempat-tempat isolasi yang telah ditentukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut lebih terkendali.
“TNI-Polri sebagai satu kesatuan Satgas Covid-19 yang harus bisa mengetahui keterbatasan sumber daya yang dimiliki Dinas Kesehatan di Garut. Dan Babinsa, Bhabinkamtibmas juga bintara remaja, relawan yang direkrut, siap ada di garis terdepan bersama tenaga kesehatan di Garut untuk bisa menahan laju penularan Covid-19,” ucapnya.
Wirdhanto memastikan, bahwa saat diterjunkan menjadi tracer, para anggota TNI-Polri dan relawan tersebut akan dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) lengkap dari dinas kesehatan. Selain itu, terangnya, suplemen untuk menjaga imun pun akan diberikan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kabupaten Garut, Maskut Farid, menuturkan, selama pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat, angka-angka yang berkaitan dengan Covid-19 di Kabupaten Garut bagus-bagus.
“BOR (bed occupancy rate) turun, angka positif turun. Semua turun hampir 50 persen, tapi yang masih tinggi adalah positivity rate. Artinya tracing kita masih kurang bagus, jadi harusnya yang saat ada yang positif minimal 15 orang kita periksa baru 3 sampai 5 orang,” katanya.
Menurut Maskut, rendahnya angka positivity rate tersebut bisa terjadi karena adanya permasalahan di lapangan sehingga masyarakat merasa takut, atau takut dipositifkan. Sehingga akhirnya masyarakalebih memilih berbohong dan tidak mau dites. Ia pun mengaku, dengan adanya bantuan dari TNI dan Polri ini, pihaknya akan mengejar angka tersebut sehingga tracing lebih efektif lagi.
“Kita cari yang positif, jangan melebarkan ke mana-mana, kita langsung isolasi, ini paling efektif mudah-mudahan bisa menanggulangi yang positif,” ucapnya.
Maskut menambahkan, saat ini di Kabupaten Garut masih terdapat beberapa wilayah yang masih ada di zona merah karena menyumbang pasien Covid-19 yang cukup banyak. Ia menyebutkan, wilayah yang rawan ini di antaranya adalah Kecamatan Karangpawitan, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Bungbulang, dan Pangatikan.
“Selama sepekan kemarin dari lima wilayah itu menyumbang 300 kasus baru. Jadi lokasi-lokasi tersebut yang nantinya akan menjadi fokus utama para tracer,” katanya.***