Jaribijak.com – Pengguna TikTok di Amerika Serikat menerima pemberitahuan mengejutkan bahwa aplikasi berbagi video populer tersebut tidak lagi dapat digunakan untuk sementara waktu.
Pesan dari aplikasi menyebutkan: “Maaf, TikTok tidak tersedia saat ini. Undang-undang yang melarang TikTok telah diberlakukan di AS.”
Hal ini terjadi setelah larangan resmi terhadap TikTok mulai diterapkan, memaksa perusahaan untuk menghentikan layanannya di negara tersebut.
Langkah Presiden Trump dan Upaya Pemulihan TikTok
Meskipun layanan dihentikan, TikTok mengisyaratkan adanya peluang untuk kembali beroperasi di masa depan.
Dalam pesannya, perusahaan menyebutkan bahwa Presiden Trump akan bekerja sama untuk mencari solusi agar TikTok dapat digunakan kembali.
Pesan tersebut mengajak pengguna untuk menantikan informasi lebih lanjut terkait upaya tersebut. Langkah ini memberikan harapan bagi jutaan pengguna TikTok yang merasa kehilangan platform favorit mereka.
Pengguna Masih Dapat Mengakses Data Meski Layanan Dihentikan
Meskipun aplikasi tidak lagi tersedia di App Store dan Google Play Store, TikTok tetap mengizinkan pengguna untuk masuk ke akun mereka dan mengunduh data pribadi.
Fitur ini memungkinkan pengguna untuk menyimpan konten mereka sebelum aplikasi benar-benar tidak dapat diakses. Langkah ini diambil untuk meminimalkan dampak larangan terhadap pengguna setia TikTok di AS.
Penegasan Undang-Undang dan Dukungan Mahkamah Agung
Larangan TikTok di Amerika Serikat disahkan melalui undang-undang yang berlaku mulai 19 Januari.
Mahkamah Agung AS mendukung keputusan ini, menyatakan bahwa kebijakan tersebut tidak melanggar hak Amandemen Pertama perusahaan.
Dalam undang-undang bipartisan yang disahkan sebelumnya, ByteDance, sebagai perusahaan induk TikTok yang berbasis di China, diberi waktu hingga 270 hari untuk melepas kepemilikannya atas aplikasi tersebut.
Gedung Putih berpendapat bahwa TikTok hanya dapat beroperasi di AS jika berada di bawah kepemilikan perusahaan Amerika.
Langkah ini diambil untuk mengatasi kekhawatiran keamanan nasional yang dikaitkan dengan perusahaan berbasis di China. Presiden terpilih Donald Trump, yang kembali menjabat pada Senin, menyatakan dukungannya untuk menyelesaikan masalah ini melalui negosiasi yang melibatkan berbagai pihak terkait.
CEO TikTok, Shou Zi Chew, diperkirakan akan hadir pada pelantikan Presiden Trump untuk membahas langkah-langkah strategis agar layanan TikTok dapat kembali tersedia di AS.
Perusahaan juga menyampaikan permintaan maaf kepada pengguna atas gangguan ini, sembari menjanjikan upaya maksimal untuk memulihkan layanan secepat mungkin.
Pesan optimis ini menjadi angin segar bagi pengguna TikTok yang menantikan perkembangan selanjutnya.
TikTok Ditutup: Apa Dampaknya Bagi Pengguna dan Industri?
Penutupan TikTok di Amerika Serikat menjadi isu besar yang tidak hanya memengaruhi pengguna tetapi juga industri media sosial secara keseluruhan.
TikTok telah menjadi platform penting bagi kreator konten dan pelaku bisnis, sehingga penghentian layanannya memicu kekhawatiran besar.
Dengan adanya larangan ini, pengguna berharap solusi segera ditemukan agar TikTok kembali menjadi bagian dari kehidupan digital mereka.
Penutupan sementara TikTok di AS menimbulkan banyak pertanyaan tentang masa depan aplikasi ini.
Dengan dukungan Presiden Trump dan proses negosiasi yang sedang berlangsung, masih ada peluang bagi TikTok untuk kembali beroperasi.
Namun, keberhasilannya akan sangat bergantung pada kesepakatan antara ByteDance, pemerintah AS, dan pihak-pihak terkait lainnya.
Pengguna TikTok disarankan untuk terus memantau perkembangan terbaru agar tidak ketinggalan informasi penting.
Baca Juga:TikTok Dilarang di Amerika Serikat Mulai 19 Januari 2025, Apa Langkah Selanjutnya?