JariBijak – Apa yang kamu rasakan ketika melihat banyaknya jumlah angka yang menyukai unggahanmu di media sosial? Atau besaran nominal yang masuk pada kantongmu? Acap kali angka-angka tersebut menjadi tolok ukur dan kepuasan bagi seseorang dalam mencapai sesuatu. Di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan media sosial, kini banyak orang yang hidupnya seolah-olah hanya demi mengejar angka.
Hadirnya angka-angka tersebut memiliki pengaruh dalam mengubah pola pikir dan tingkah laku individu. Melansir VICE, penelitian yang dilakukan oleh Nottingham Trent University, menyebutkan dengan mengetahui kuantitas angka yang memberikan umpan balik terhadap kinerja individu, mampu memberikan penghargaan dan rasa kepuasan kepada seseorang.
Ilustrasi/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Pheelings Media
|
Terutama pada masa digitalisasi saat ini yang membuat individu dengan mudah terhubung satu sama lain melalui platform yang sama, angka-angka tersebut menjadi berarti bagi sebagian orang guna mengukur kapasitas dirinya dalam kinerja dan bersosialisasi.
Namun, sesuatu yang berlebihan tentunya tidak baik dan bisa menimbulkan dampak tertentu. Ketertarikan pada jumlah angka dapat menimbulkan obsesi yang mengganggu. Melansir laman Cleveland Clinic, ada istilah untuk menggambarkan perilaku tersebut, yakni Histrionic Personality Disorder (HPD), gangguan psikis yang bisa tercipta akibat obsesi berlebih pada angka.
Simak ulasan lebih lengkap soal HPD di bawah ini!
Ingin Menjadi Pusat Perhatian
Ilustrasi Pusat Perhatian/Foto:Pexels.com/Matheus Bertelli |
Keinginan mendapat apresiasi dengan angka melalui media sosial oleh orang lain, membuat mereka yang mengidap HPD akan terus mencari cara agar selalu diperhatikan. Validasi dari orang lain merupakan hal yang diinginkan oleh mereka dengan gangguan HPD.
Semakin besar angka yang mereka peroleh misal dari jumlah likes, komentar, hingga share yang mereka dapatkan, akan memberi kepuasan serta menjadi tolok ukur bahwa mereka telah sukses dengan apa yang telah mereka kerjakan.
Angka Menjadi Validasi Atas Apa yang Telah Dicapai
Jumlah Likes pada Sosial Media/Foto:Pexels.com/Cottonbro |
Angka tidak sembarang angka, seseorang yang mengalami HDP mendapatkan kebahagiaan kala menerima jumlah orang yang mengikutinya di media sosial atau jumlah likes di unggahan semakin banyak.
Baginya, angka sebagai tolok ukur seseorang mengetahui keberadaan dan menerima dirinya. Seseorang yang obsesi dalam mencari validasi, dapat membahayakan dirinya dengan terus mencari pengakuan dari orang lain hingga dapat kehilangan dirinya sendiri sebab ingin memenuhi kriteria atau ekspektasi orang lain tanpa memikirkan dirinya sendiri.
Perubahan Emosi dengan Cepat Serta Mampu Terbawa Arus
Emosi Tidak Stabil/Foto:Pexels.com/Andrea Piacquadio |
Ingin menjadi pusat perhatian, segala cara akan dilakukan oleh seseorang yang mengalami HPD. Ketika suatu hal tidak sesuai dengan keinginannya, akan terjadi perubahan emosi yang sangat cepat serta tidak stabil.
HPD juga dapat merubah seseorang menjadi people pleaser, yakni individu yang berusaha memuaskan orang lain agar tidak ditinggalkan. Hal tersebut membawa seseorang larut dalam arus setiap individu yang ia temuinya.
Jangan Langsung Self Diagnose, Konsultasi kepada Profesional
Konseling bersama Profesional/Foto:Pexels.com/SHVETS Production |
Apabila kamu merasakan gejala seperti seseorang yang mengalami HPD, kamu dapat memeriksakan diri kepada profesional seperti psikolog ataupun psikiater apabila sudah sangat mengganggu aktivitas.
HPD dapat memperoleh perawatan seperti terapi kognitif oleh profesional, yakni menempatkan individu pada situasi tidak diperhatikan oleh orang lain. Namun, di saat bersamaan profesional akan membantu untuk memberi dukungan sosial dan merubah pola pikir guna mengontrol emosi hingga perawatan psikoterapi.
Baca Juga: 4 Manfaat Mengunci Privat Akun Media Sosial, Jadi Lebih Aman