Jakarta –
Jejaring sosial Facebook berencana mengurangi jumlah konten politik di News Feed. CEO Facebook Mark Zuckerberg mengatakan kebijakan itu dilakukan untuk melindungi bisnis dan orang-orang yang terus menggunakan layanan Facebook.
“Salah satu masukan teratas yang kami dengar dari komunitas kami saat ini adalah bahwa orang tidak ingin politik dan perjuangan mengambil alih pengalaman mereka dalam layanan kami,” kata Zuckerberg, dikutip dari CNN, Kamis (28/1/2021).
Zuckerberg menjelaskan sejak pemilihan presiden AS kemarin, Facebook telah memberhentikan rekomendasi kelompok sipil dan politik kepada penggunanya. Sekarang kebijakan itu akan dilakukan untuk jangka panjang secara global.
“Kami memiliki akhir yang kuat untuk tahun ini karena orang-orang dan bisnis terus menggunakan layanan kami selama masa-masa sulit ini,” kata Zuckerberg dalam sebuah pernyataan.
Peningkatan pengguna juga terjadi di berbagai media sosial milik Facebook, termasuk di Instagram, Messenger dan WhatsApp. Perusahaan melaporkan 3,3 miliar pengguna aktif bulanan, meningkat 14% dari tahun ke tahun.
Pengguna terus meningkat meskipun Facebook tengah menghadapi pengawasan ketat dari regulator atas tindakan akuisisi mereka. Selain itu, perusahaan juga mendapat kecaman karena dianggap ikut andil dalam konten kebohongan di platformnya saat pemilihan presiden AS.
Puluhan negara bagian dan pemerintah federal AS pun banyak yang menggugat Facebook bulan lalu, menuduh raksasa media sosial itu menyalahgunakan dominasinya di pasar digital dan terlibat dalam perilaku anti-persaingan.
Kendati demikian, Facebook masih menuai keuntungan. Perusahaan membukukan keuntungan sebesar US$ 11,2 miliar dalam kuartal terakhir 2020. Meningkat 50% dari periode yang sama pada tahun 2019.
Pendapatan Facebook juga naik 33% menjadi sekitar US$ 28 miliar selama kuartal tersebut, menunjukkan ketahanan bisnis periklanannya meskipun ada pandemi COVID-19.
(fdl/fdl)