Jakarta – Sebuah analisis media sosial mengungkap respons publik ketika pemerintah meminta kritik yang keras dan terbuka. Dalam analisis itu, terungkap beragam emosi publik.
Analisis respons publik terhadap pernyataan pemerintah untuk minta dikritik itu disampaikan oleh lembaga pemantau media sosial, Drone Emprit. Berdasarkan data cuitan di Twitter yang telah dihimpun, Drone Emprit menangkap beberapa jenis emosi publik atas pernyataan pemerintah ini.
Emosi pertama yang tertangkap ialah terkait dimensi trust (kepercayaan). Publik tak percaya jika mereka akan tetap aman ketika menyampaikan kritik.
“Mayoritas tidak percaya mereka akan aman ketika mengkritik,” kata founder Drone Emprit, Ismail Fahmi, saat dihubungi, Selasa (9/2/2021).
Selanjutnya, emosi publik terhadap pernyataan ‘pemerintah minta dikritik’ yang tampak ialah ketakutan.
“Kedua fear, takut. Malah takut. Mereka masih merasa takut. Tidak bebas mengkritik,” ujarnya.
Drone Emprit juga menangkap emosi kesenangan dengan pernyataan pemerintah ini. Namun ‘kesenangan’ ini lebih cenderung kepada bentuk sarkasme.
“Yang ketiga joy, merasa senang. Mungkin agak sarkasme. Mereka mengatakan ‘terima kasih Jokowi, alhamdulillah’,” ungkapnya.
Begini paparan data hasil analisis Drone Emprit terhadap respons publik terkait ‘pemerintah minta dikritik’:
Joy: 284 (masyarakat senang, namun lebih cenderung pada sarkasme)
Trust: 1.900 (masyarakat justru tak percaya akan aman jika mengkritik)
Fear: 743 (masyarakat takut jika menyampaikan kritik)
Surprise: 35 (masyarakat kaget pemerintah minta dikritik)
Sadness: 16 (masyarakat sedih)
Disgust: 16 (masyarakat jijik)
Anger: 90 (masyarakat marah)
Anticipation: 395 (masyarakat antisipatif)
Begini paparan data hasil analisis Drone Emprit terhadap respons publik terkait ‘pemerintah minta dikritik’. (Foto: dok. Drone Emprit)
|